Sungguh hal terberat dalam metaih kemandirian anak adalah bukan berasal dari anak melainkan berasal dari konsistensi saya sebagai orang tua.
Dipenghujung tantangan ini saya masih mengalami kesulitan dalam menjalani konsistensi :(. Sedih rasanya.
Saat saya ingin anak mandiri dalam memakai sepatu tapi disisi lain tidak sabar menanti anak untuk berproses. Saat anak diminta mandiri untuk makan tanpa disuapin tapi saya tak sabar dan selalu komplain jika anak melakukannya secara berantakan 😦 .
Evaluasi memang selalu harus dilakukan untuk menguatkan diri, sehingga mampu melanjutkan tugas pasti dari sang pencipta untuk memandirikan generasi setelah saya.
Saat ini ingin rasanya membuat si kecil untuk bisa memakai baju sendiri, tapi masih tetlintas dalam hati bahwa dia belum siap. Rasa seperti ini tak pantas bersemayam dalam hati emak2, karena itu menunjukkan bahwa sang emak meragukanNya. Sang pencipta telah menciptakan makhluknya dengan sempurna lalu mengapa seorang ibu mengkerdilkan kemampuan anak?? Harusnya sang ibu menunjukkan cara melakukannya dahulu, melatihnya dan melihat hasilnya, bukan serta merta memutuskan bahwa sang anak tidak mampu 🙂
Perlu diingat ibu sebagai pelatih pun juga harus konsisten melakukannya :). Beruntung ada komunitas ibu profesional sehingga saat melakukan ini tidak merasa sendirian. Ada teman yang senasib dan ada yang saling suport.
Semoga konsistensi ini selalu terjaga sepanjang waktu.
#level2.10
#bunsayiip
#tantangan kemandirian